Jumat, 10 Februari 2012

Tentu Kita Pernah diKeCEwaKan (Sebuah Curahan Ketika Hati ini di KECEWAKAN)


    Hati. Lagi…. Kembali saya goreskan fragmen ini pada sebuah titik pemikiran  yang berdasar pada empat huruf tapi sangat istimewa untukku, “hati.” Kali ini alur ini akan mengacu pada sebuah perkara yang dinamakan KECEWA. Yah, dikecewakan atau mengecewakan. Menurutku ini masalah (pandangan/pemikiran) perspektif dan niat.

   
 Maksudnya demikian. Mengenai niat, ketika kita berbuat suatu amal kebaikan, beramal saleh. Apakah kita akan menanamkan sebuah niat sebelum melakukan tindakan sambil memegang sebuah kalkulator dan menghitung apa yang akan kita terima dari akhir perbuatan kita? Jika kita melakukan perkara kebaikan A, kita juga ngitung-ngitung dampak dari kebaikan itu juga harus A. Ketika kita berniat melakukan C dan harapan kita juga harus dapatkan C. Ini mengenai niat. Sedangkan perspektif, segala hal yang kita lakukan kita memandangnya dari sisi mana? Apakah kepada Tuhan? atau manusia? Ketika kita berharap akan mendapatkan kebaikan disisi manusia, kita akan lebih sering mendapatkan perkara yang berujung kekecewaan. Bagaimana dengan Tuhan? *maknai dan kaitkanlah sendiri dengan hal-hal lain. Saya sangat percaya Anda adalah orang yang bijak dalam memaknai segala sesuatunya.

    Kehidupan, perjalanan dan sebuah perumpamaan “lingkaran yang berputar.” Kita tentu tidak mungkin lepas dengan semua keadaan atau kondisi ini bukan? Tidak selamanya kita berada di atas dengan segala kesenangan dan tidak selamanya kita berada di bawah dengan seluruh perih yang selalu kita rasakan saat ini. Sungguh, Tuhan itu maha adil. Hanya dia yang mengetahui yang mana yang baik untuk hambanya. Suatu pemikiran jika kita tidak menerima sebuah kepahitan disaat-saat seperti ini, boleh jadi ini yang terbaik untuk kita, juga sebaliknya. Rasa kecewa merupakan sebuah bentuk perasaan yang tidak kita inginkan keberadaannya muncul dalam hati kita. Tidak seorang pun yang menginginkan rasa kecewa. Tidak seburuk hinaan, tapi rasa sakit yang di akibatkan lebih dalam dari hal itu.
    Sahabatku, selalu ada perih di dalam sudut hati terdalam kita. Ketika dirimu menceritakan sebuah kisah tentang kepahitan yang pernah kamu alami. Mungkin, setelah sekian lama kita bertahan dengan kepahitan ini, memendam saja luka yang menggores hati, sekian lama menahan nestapa dan perihnya. Tentunya Tuhan selalu membuat kita tegar dengan perjalanan yang kau tempuh itu bukan? Percayalah, ini sebuah jalan yang terbaik untuk kisah ini.
    Sahabatku, memang banyak hal yang tidak ingin kita lepaskan dalam genggaman kita. Ada orang yang kehadirannya dalam kehidupan kita tidak ingin kita tinggalkan, ada sebuah kecintaan terhadap sesuatu yang tidak inging kita lepaskan dan ada pula sebuah kenangan yang selalu kita inginkan baik dalam perjalanannya. Tetapi memang ada saatnya juga dimana kita harus berhenti mencintai seseorang atau sesuatu hal dan sungguh bukan karena dia atau itu tidak lagi mencintai kita. Melainkan karena kita sendiri disadarkan oleh Tuhan bahwa segala sesuatu itu akan lebih berharga dan berbahagia kalau kita tinggalkan atau melepaskannya.
    Perasaan kecewa akan hadir ketika hal yang paling kita inginkan tidak sesuai dari apa yang kita harapkan dan rasa ini sulit untuk diberikan kepada orang lain yang bertanya “Kenapa kau bersedih?” Mungkin dapat dilukiskan pada suatu keadaan yang pas, tapi sulit untuk memberikan rasa sakit yang sama. Karena inilah hati berada di tempat yang istimewa bagiku. *mungkin paradigma ini terlalu umum ya menempatkan hati sebagai sesuatu yang istimewa. tapi karena ini pula betapa banyak orang yang tidak menghargai hati sebagai pusat tindakan dan segala sumber perasaannya?


     *mengenai banyak orang yang kini tidak memiliki hati. Pagi tadi saat sarapan, menggonta-ganti channel TV (Trans7, Karaoke Dadakan *kalau tidak salah nama programnya). Hati ini sangat miris, ketika Asri Welas Pramawati (pembawa acara tadi pagi) menemukan seorang bocah berumur kira-kira 7 tahun di antara banyak penonton. Seorang bocah laki-laki dengan pakaian seadanya, membawa gitar mini dan tanpa alas kaki (karena tanpa alas kaki Asri jadi tertarik, awalnya sih kayak mau ngelawak, seperti biasanya). Asri tanya *nada nyeleneh seperti biasa, “Adik, kenapa tidak pakai sendal kesini? Dari tadi pagi disini tidak pakai sendal?” Bocah itu meng’iyakan saja. “Terus jam segini kagak sekolah? Ibu Bapaknya mana?” Bocah itu menjawab, “Kagak…. Ibu sama Bapak di rumah.”  Asri, *nada sudah berubah “Oh…. terus ngapain pagi-pagi disini… Eh…(*nyapa penonton agar tenang) ini dari pagi disini kagak pakai sendal, kagak sekolah…. Ngapain dik?” Bocah, “Nyari uang lah….!!” *senyum-senyum aja.

     Ekpresi Asri sudah berubah ketika bocah ntu sudah katakan nyari uang. Ketika si Astri mau nangis….*asri memang suka terbawa suasana, dibuktikan dengan beberapa program sebelumnya juga kalau ada sesuatu yang benar-benar membuatnya sedih, nangis dah. Penonton di belakang malah berseru… “Huuuuuhhh……” (*maksudnya, ah! Ngapain sih pakai nangis segala?) dengan nada tanpa kepedulian. Bukan ini yang membuat hati ini tambah miris, tapi menjadi sangat miris lagi ketika melihat seorang remaja wanita muda (salah seorang penonton yang lumayan paling nampak dikamera dan di belakang Asri) dengan pakaian minim, kaos dan celana jeans kentat, tanpa kerudung dan sungguh tidak sesuai dengan tubuhnya yang agak gemuk. Dengan cuek memperhatikan obrolan itu dengan wajah sangat ketus, memegang dengan gaya bangga Handphone yang paling di gemari saat ini (BlackBerry) sambil mengetik-ngetik sesuatu, sebelumnya dia juga ikut berseru “Huuh!”  Asli dah, kalau tu layar kaca bisa tembus realitas, sendok nie dah kelempar. Heran asli heran…. Apakah ini sebuah pertanda kebobrokan bangsa? dengan ketidakpedulian orang-orang yang hidup di negara kapitalis dan sekuler? Orang-orang metro…. tapi tak memiliki hal yang disebut sebagai hati. Ah… Dunia…. Dunia….
    Memang mudah mengkritisi sesuatu ya? Tapi sesungguhnya ini merupakan bukti kecil nan sederhana. Jujur saja, mungkin tadi ingin menghapus postingan ini, dengan alasan “Kok hal sesederhana ini gue bahas ya?” tapi karena membaca perkara “Hal kecil berdampak besar. Ku urungkan niat menghapus fragmen sederhana ini.Hal yang kecil insyaAllah akan berdampak besar.


     Kembali ke pembahasan “kecewa.” dan kali ini mengisikan curahan hati. Lama sejak  aku cukup dikecewakan dengan sebuah perkara yang kupikir aku bisa berkembang didalamnya. Banyak yang menasehatiku agar aku melanjutkan saja perjalanan ini. Tapi sungguh ini perkara hati, tentang banyak kisah atas sebelumnya, kuatnya prinsip hidup, mencari kedaiamaian yang sejati bagi diri pribadiku, tentang rasa bangga yang sama sekali tidak sama dengan orang lain (bukan karena ketenaran atau popularitas), menginginkan ketenangan dalam menjalani studi dan rasa enek terhadap seseorang yang ku ingin memperbaiki kualitas emosiku terhadapnya agar tidak terjerumus ke dalam lubang kebencian yang lebih dalam. Sekali lagi, pandangan seseorang yang merasakan atas dasar pengalamannya tidaklah sama dengan orang orang lain yang ingin ikut merasakan hal yang sama. Sungguh, tidak pernah lagi menghadirkan kebencian kepada siapa pun atas kisah pahit apapun. Selalu belajar menjadi sosok yang selalu bisa memafkan, meski awalnya itu perih. Satu hal, aku sudah memaafkan diriku dan memaafkan semua orang yang kupikir dia sengaja atau tidak sengaja menghadirkan kekecewaan ini. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.



    Berakhir dalam sebuah kesimpulan dalam kekecewaan ini aku harus menjauh dan pergi dalam sebuah kisah baru yang ku niatkan bahwa aku harus menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Untuk siapa pun yang aku kenal. Bukan kebaikan atas dasar kepada diri sendiri, tapi bagi orang lain. Semoga niat ini kokoh seperti aku pertama kali menuliskannya ini disini. Amiin….
    Kekecewaan memang akan kita rasakan ketika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan. Tapi sejatinya, dari pengalamanku itu. Kita bisa menukarnya dengan sebuah optimistis yang lebih baik dari sebelumnya. Bahwa Tuhan akan selalu menghadirkan makna di balik semua kejadian yang kita alami dalam setiap fragmen yang sedang kita jalani kini.








    Mungkin ketika Anda kini sedang putus cinta dengan kekasih Anda, yakinlah akan ada pengganti yang sudah disiapkan oleh’Nya dan pasti itu akan lebih baik jika Anda memaknai kisah Anda dengan baik. Bukan dengan rasa putus asa dan benci. Mungkin kini Anda merasakan kecewa terhadap kerja keras Anda selama ini tidak berbuahkan hasil yang sebanding, yakinlah ketika Anda menyikapinya dengan senyum dan kepedulian kepada orang lain. Tuhan pasti akan menyiapkan ganjaran yang pasti lebih dari semua usaha Anda sebelumnya. Ingatlah, kita tidak lebih besar dari ukuran bakteri yang mikroskopis dengan genggaman Tuhan yang memiliki seluruh galaksi dan alam semesta. Tuhan tidaklah pelit, Tuhan pasti hadirkan kisah yang lebih indah dari pada hanya menyesali sebuah kekecewaan. Ada jalan yang lebih baik dihamparkan oleh’Nya dan tentunya ketika Anda sudah dikecewakan dengan satu jalan. Pilihlah kebaikan lain dengan jalan yang baru.

    Semoga dapat mencerahkan meski setitik bagian di bagian yang juga istimewa bagimu,  YOUR HEART…..  -Rodhiya Noor Fajri-



“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu?Yang memberatkan punggungmu?


Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,Dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap.”

~ (QS.94:1-8)