Sabtu, 11 Februari 2012

Ketika Aku Ditanya, APA CITA-CITA HIDUPMU


Martapura, dekat perbatasan kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sabtu, 11 Februari 2012, pukul 5 sore. Ketika hati ini tergugah untuk membagikan kisah hidup yang semoga berharga untuk orang lain dan sebagai penyemangat diri untuk menjalani kehidupan KINI dan NANTI.
   Sedari tadi malam hingga sore ini memikirkan pertanyaan ini, “k' Rodh, sbnarnya apa cita - cita anda di dalam hidup ini ? dan dari sekian banyak kenangan - kenangan dan cerita - cerita dari seluruh dunia yang telah terjadi, apa yang akan anda lakukan di masa depan nanti terhadap diri anda sendiri, teman anda, dan generasi penerus bangsa ini ?” Sebuah pertanyaan yang diberikan kepadaku oleh seorang adik kelas yang ‘ku tahu dia termasuk karakter orang yang “pemikir.” Dari sekian banyak pemikiran yang bermunculan sejak tadi malam, sejujurnya aku bingung dari mana memulai untuk menjawab pertanyaan ini. Bukan karena tidak bisa menjawabnya secara langsung pada sebuah komentar di jejaring sosial itu, tapi tentu aku akan memaknai pertanyaan itu sebagai perkara yang TIDAK bisa di jawab dengan jawaban “ini dan “itu” saja.
    Mempostingkan jawaban ke dalam sebuah catatan ini bukan bertujuan karena untuk mengumbar sesuatu yang akan dipandang sinis oleh banyak orang, tetapi dengan postingan ini aku akan siap menghadapi berbagai pardigma yang berbeda dari orang lain dan aku berharap akan ada banyak “pemikir” lagi yang bisa mengkritik jawaban atas tingkatan kadar BENAR atau TIDAKnya tujuan hidup yang kumiliki. Berusaha menjadikan segala gaya bahasa dan pemikiran ini menjadi sebuah hal yang asalnya tulus dari hati dan untuk bisa dibagikan bagi orang lain.

    Menjadi seseorang yang benar-benar baik dimata Tuhan dan orang lain, itulah cita-citaku. Jika aku menjawabnya ingin menjadi seorang guru yang profesional dibidangku, merubah sistem pendidikan menjadi sebuah pemikiran yang Islami atau ingin menjadikan anak-anak didik ‘ku memiliki ideologi yang jelas dalam memaknai dunia dan mengaitkannya ke sisi Islam, itu jawaban lain. Karena aku ingin menuntaskan pemikiran ini terlebih dahulu. Aku ingin terlebih dahulu menjawab pertanyaan ini dari segi si penanya (dari segi pemikiran orang yang memberikan pertanyaan tentan tujuan hidup), bukan dari segi kehidupanku. Aku merasakan dia mengalami sedikit “bingung” bagaimana cata memaknai kehidupan dan semoga saja akan terbantu dengan pemikiran ini.

Memang terlalu umum memang jika aku menjawabnya dengan jawaban itu (Menjadi seseorang yang benar-benar baik dimata Tuhan dan orang lain, itulah cita-citaku.), tapi sungguh ini menjadi dasar cita-cita yang ingin aku wujudkan kini atau nanti. Kenapa aku katakan KINI dan NANTI, karena kehidupan merupakan sebuah proses yang harus dijalani sedikit demi sedikit. Mengalirlah….! dengan selalu berbuat kebaikan. Pemikiran ini dibuka pertama kali oleh seorang guru bahasa Jerman pada kelas XI, Frau Ika. Beliau mengatakan :

“Mengalir sajalah seperti air, kehidupan adalah sebuah proses yang harus kita jalani tahap demi tahapnya. Kita tidak mungkin bisa mendapatkan nilai yang bagus di semua pelajaran kan? Yaaa…. Mulailah dengan berusaha dengan maksimal dengan pembelajaran yang mudah. Apa mata pelajaran yang mudah bagi kalian?” Salah seorang menjawab “Seni Kriya Kayu Bu!” *salah satu pelajaran yang cukup mudah dan asyik pada saat itu. Frau Ika menjawab, “Nah, yaa… Mulailah dengan itu.”

*banyak pembelajaran atas kebaikan yang tidak disadari kita miliki saat ini (contoh kecil, darimana kau bisa belajar membaca?). Jadi aku ungkapkan pemikiran ini dengan mencantumkan siapa saja yang mengajarkanku atas kebaikan dan kebaikan ini akan berguna bagi orang lain.

Pada pemikiran yang lebih jauh lagi tentang mengambil tindakan mengalir seperti air. Jujur saja, beberapa waktu yang lalu aku sedikit mengatakan pemikiran ini salah untuk diterapkan. Alasannya bukannya jika kita menerapkan tindakan untuk mengalir seperti air itu bak (bagaikan) orang yang tidak memiliki tujuan hidup? Bisa saja kita mengalir ditahapan kehidupan yang rendah bukan? (pada pemikiran ku saat itu kehidupan yang dipandang rendah oleh orang lain bukannya dari sisi Tuhan) Tapi semakin banyak hari yang kulewati, dalam berbagai kisah kehidupan selanjutnya yang aku lalui juga berbagai pemikiran yang Allah berikan sebagai pencerahan bagaimana aku bisa memaknai kehidupan sedikit lebih jelas lagi. Aku kemudian menyadari pemaknaanku sebelumnya SALAH telak.

Memaknai apa yang dikatakan Frau Ika dalam pemaknaan “mengalirlah seperti air” itu demikian: Kita memang dituntut untuk memiliki sebuah tujuan yang luas, dahsyat, membanggakan dan jelas pada saat kita benar-benar dewasa nanti. Maksud sederhananya seperti ini, tentang tahapan kehidupan ketika kita berusaha menjalani kehidupan dengan usaha sendiri nanti seperti mendapatkan pekerjaan, mencari pasangan dan perkara sejenisnya. Tetapi apakah itu akan kita lompati dengan satu langkah saja? Tidakkan? Sekali lagi, kehidupan adalah sebuah proses yang harus kita lalui tahap demi tahapnya. Sekarang hitunglah berapa banyak orang yang menyalahkan tindakan hidup mengalir seperti air ? Sudahkan Anda merubah pemikiran ini?

Nah, ketika kita mendapati segala usaha yang kita lakukan pada tahapan-tahapan itu menghadirkan keadaan yang buruk bagi kita. Jangan merasa terpuruk pada suatu keadaan itu. Manusia memang tidak pernah lepas dari perkara yang disebut “terpuruk/meratap.” Karena air juga tidak selamanya akan melewati bidang yang menurun dan datar kan? Ada kalanya disaat kita mendapati diri kita berada dalam sebuah kedaan yang menanjak dan kasar untuk dilewati.  Ketika cita-cita dan tujuan hidup kita juga didapati sebuah gejala yang rendah dimata orang lain. Jangan pernah untuk masuk ke pemikiran yang lebih dalam tentang keterpurukan bahwa tahapan kita itu rendah di mata manusia. Masih ada yang lebih objektif bisa menilai bagaimana usaha dan bagaimana cara yang kuta lakukan dalam menjalani tahapan-tahapan sulit itu.

Selalu belajarlah untuk bisa bersahabat dengan keadaan. Sederhananya, kita mungkin sering kesal dengan keadaan yang memubuat kita terpuruk, pada saat kita didapati kehilangan dompet misalnya atau basah dikarenakan pengendara mobil yang ugal-ugalan. Kenapa kita tidak tertawakan saja keadaan itu maka itu akan mudah. Toh itu sebuah takdir yang sudah kita dapati, menerimanya yang sering sulit untuk dilakukan. *maknailah kepada hal yang terjadi pada Anda kini.
 
    Kesalahan manusia dalam menjalani kehidupan adalah karena salah kaprah dalam bagaimana menjalani tahapan kehidupannya. Meski manusia juga memiliki kadar keburukan yang sulit untuk dipahami satu dengan yang lainnya dan kadar keburukan itu juga pasti berbeda dan inilah yang terjadi pada kenangan –kenangan dan cerita-cerita yang pernah terjadi dimasa lalu atau kini. “Dari sekian banyak kenangan dan cerita yang telah terjadi di dunia,” aku mengartikan kalimat yang ada dalam pertanyaan itu sebuah pemaknaan yang menuju kepada sejarah negatif yang sudah pernah terjadi atau yang sedang terjadi kini. Apakah perlu disebutkan semua itu? ‘Ku pikir tidak.

Sekarang aku akan menjawab dari segi kehidupanku untuk pertanyaan ini. “k' Rodh, sbnarnya apa cita - cita anda di dalam hidup ini ? dan dari sekian banyak kenangan - kenangan dan cerita - cerita dari seluruh dunia yang telah terjadi, apa yang akan anda lakukan di masa depan nanti terhadap diri anda sendiri, teman anda, dan generasi penerus bangsa ini ?”

Jika ditanyaakan sebuah cita-cita. Semasa kecil aku sering ditanya, “Rodhiya, Apa cita-citamu?” Aku pun dengan lantang menjawab “Aku ingin menjadi astronot, karena aku bisa terbang dan menjelajah ruang angkasa juga galaksi.” Yah, sebuah jawaban polos yang sering kita dengar, sampai saat ini jika kita menanyakannya kepada anak kecil.

Pada umur 7 tahun aku ditanya lagi “Rodhiya, Apa cita-citamu?” Jawabanku pun pada saat itu sudah berubah, jawabku “Aku ingin menjadi seorang polisi atau mungkin tentara.” karena aku pikir aku mungkin bisa menjadi seorang pahlawan yang memiliki jasa mulia dan akan selalu dikenang dan diceritakan sepanjang masa dan pemikiran bahwa polisi dan tentara yang memegang sebuah pistol itu sangat keren pada masa itu, tidak ada yang lebih keren pokoknya selain polisi atau tentara. Yah, jawaban ketika aku berumur tujuh tahun ini tidak lagi mengatakan aku ingin menjadi seorang astronot karena hal itu sangat tidak mungkin aku capai pada kenyataannya.

Pada umur 15 tahun aku kemudian ditanya lagi dengan pertanyaan jauh berbeda dan kompleks. Tepatnya ini tidak ditanyakan oleh orang lain, tapi kini diriku sendiri yang menanyakan ini, mungkin pada saat itu puncaknya pencarian jati diri. Tapi kali ini banyak pertanyaan yang memembuatku bingung dan jawabanku pun lagi-lagi berubah.

“Rodhiya, apa cita-citamu? Apa impian dalam kehidupanmu? Apa motivasi hidupmu? Apa ambisimu? Dimana letak semangatmu?”

Coba tebak, apa jawabanku? Pada saat itu aku hanya menjawab.
“Aku hanya ingin menjadi seorang sahabat yang selalu menghargai persahabatan, memimpikan memiliki seorang sahabat yang selalu menghargai persahabatan, mencari seorang sahabat yang juga selalu menghargai persahabatan dan akan selalu tersemangati oleh sebuah ikatan persahabatan.”
*ada kisah tersendiri kenapa aku menjawabnya dan menanamkan dengan paradigma ini dalam menjalani kehidupanku pada saat itu. Aku sudah sering menceritakan hal ini pada beberapa orang yang kupikir aku sudah dekat dengan mereka. Ku pikir sampai mereka sudah tahu betul atau mungkin sampai bosan tentang bagaimana pemikiranku tentang perkara “persahabatan” yang unik dan tentang hal-hal yang berkaitan dengan itu.

Jawaban yang sangat aneh atau mungkin dipandang orang tidak masuk akal. Tetapi pada saat ini, disaat umurku sudah beranjak dewasa, karena dan gara-gara jawabanku, tindakanku menghargai persahabatan dan bagaimana aku sering bersikan pada saat itu dan kini, aku dihantarkan oleh jawaban yang membuatku sangat yakin aku bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan sebenar-benarnya jawaban yang berasal dari hati nuraniku. Aku sekarang menemukan semua jawaban itu, tentang apa cita-citaku, apa impian dalam kehidupanku, apa motivasiku, dan apa semangatku.

Aku ingin menjadi seorang guru yang InsyaAllah akan selalu berusaha bertawakal dan berikhtiar untuk menjadi sosok yang profesional dan teladan bagi orang lain dan seluruh peserta didikku. Menjadi sosok yang sederhana dalam menjalani kehidupan dan bahagia atas kesederhanaan itu. Ingin menjadi seorang guru yang profesional dibidangku dengan merubah sistem pendidikan dari hal yang terkecil menjadi sebuah pemikiran yang Islami dan ingin menjadikan anak-anak didik ‘ku memiliki ideologi yang jelas dalam memaknai dunia dan mengaitkannya ke sisi Islam. *apa ini sudah menjawab apa yang akan aku lakukan terhadap diriku, teman-teman dan orang lain juga generasi penerus nanti ya? (Kakak menjadi guru Sekolah Dasar dik, jadi pastinya akan berdampak kepada generasi penerus bukan? Semoga kakak dan adik bisa menemukan pemaknaan jawaban atas langkah yang kakak tempuh saat ini.)

Dalam jawaban di atas pun memiliki pemaknaan lain. Bukan terlalu berambisi (bukan karakter orang yang ambisius) menjadi seorang guru profesional dengan mendapatkan sebuah penghargaan menjadi guru yang banyak mengukir prestasi dimata banyak orang, tapi akan mencoba mengukir sebuah prestasi itu menjadi sebuah kepuasan tersendiri dalam menjalani kehidupan. Inginnya sih setelah kuliah selama 4,5 tahun setengah ini langsung ingin mendaftarkan diri di Indonesia Mengajar. *sebuah program yang di tujukan kepada tenanga pendidik yang akan mendapatkan pelatihan menghadapi masa satu tahun mengajar di tempat terpencil. Semoga saja sesuai rencana. Tentang bagaimana kehidupan selanjutnya setelah menjadi seorang guru? Mengalir saja…. Untuk tahapan ini, masih banyak proses yang akan di lalui.

Diri ini masih jauh dari tahap “SIAP”  untuk mengajar dan terjun ke dalam dunia pendidikan. Semoga dengan sisa perkuliahan ini semoga akan mengalami sebuah proses yang akan dicetak oleh Allah dalam sebuah alur yang akan disiapkannya nanti. Apapun itu segalanya saat ini sungguhlah MUDAH tahapan ini untuk aku lalui karena aku memiliki banyak sahabat dalam satu kelas perkuliahan yang selalu mengerti bagaimana pola pikir dan sikapku terhadap kehidupanku dan mereka.

Mengenai sahabat dalam tahapan ini, aku cukup merasa kecewa karena ada salah satu teman sekelas yang katanya ingin pindah jurusan. Aku bingung dan belum sempat menanyakan alasan apa yang akan dia utarakan jika aku katakan “Mengapa?” Entahlah, dari sisi ini aku masih berpikir dia sangat pantas untuk menjadi seorang sosok yang tauladan bagi orang lain, yakni menjadi seorang guru. Apakah dia masih bingung dengan cita-citanya atau bagaimana. Masih berupa sebuah pertanyaan yang ada di dalam benak hati ini.

Sekali lagi, memaknai segala sesuatunya memang sulit dilakukan dari pada untuk hanya sekedar dikatakan saja. Bagaimana dengan tujuan hidup Anda kini? Sudahkah Anda mamaknai beberapa tahapan yang kini Anda hadapi dan menjalaninya dalam sebuah proses yang padu dengan beberapa kesulitan hidup dengan OPTIMISME ?



Satu pemikiran lagi yang ingin aku jelaskan bagaimana asumsiku. Aku pernah dikatakan oleh salah seorang sahabat bahwa hidup sederhana itu tidaklah mungkin lakukan dengan keadaan dunia yang sulit kini. Tapi pemikiran yang aku utarakan HIDUP SEDERHANA itu bukan seperti orang yang tidak memedulikan apa saja yang terjadi kini dan dahulu tentang DUNIA. Tapi tahapan sederhana ini yang ingin aku tekankan. Sulit memang untuk menjelaskannya….


“Catatan Pendek”

*sebuah catatan yang ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan yang menggugah diri ini kepada sorang yang ku pikir dia seorang yang “pemikir”. Semoga bisa bermanfaat juga untuk orang lain. Setelah di review kembali, tepatnya ini tidak disebut sebagai catatan ya? Begitu panjaaang…, kuyakin tidak banyak orang yang bisa menghabiskan sampai tahapan akhir paragraf ini. Anda? Aku ungkapkan sebuah terima kasih sudah membaca dan kuyakin bisa memaknainya secara menyeluruh hingga tahapan ini. Apresiasi yang besar ya? Anda karakter seorang PEMBACA ULUNG.

*sebenarnya penulisan ini sudah ingin dimulai sejak pukul 10 tadi malam (sudah berusaha menggoreskan beberapa pokok paragraf kecil), tapi karena bingung dalam menentukan jawaban dari segi dan cara yang bagaimana, maka penulisannya ditunda. Dimulai lagi dengan hati yang mantap menulis dua buah catatan dalam kerja MS. WORD yang berbeda pada jam 11 siang. Setelah beberapa jam menulis (sampai pukul 1 siang) Terukir dua buah catatan, satu catatan untuk muka khalayak yang berisi pemikiran umum dan satu buah catatan untuk si penanya yang berisi hal-hal pribadi yang patut untuk diceritakan, tapi lagi-lagi ada kendala yang sulit untuk digeser. Terlalu ambigu saja catatannya jika mengaitkan ke pengalaman pribadi “pikir ‘ku.” Semoga saja ada kesempatan dan keadaan lain yang akan menghadirkan ini bisa diwujudkan. Entah apakah nanti akan dadakan mengirimkan catatan itu kepada penanya atau tidak sama sekali, keadaan yang akan menjawabnya.

*baca kembali kalimat ini, Ketika hati ini tergugah untuk membagikan kisah hidup yang semoga berharga untuk orang lain dan sebagai penyemangat diri untuk menjalani kehidupan KINI dan NANTI. Pada kalimat penjelas di paragraf pertama aku menggunakan kata kapital pada kata KINI dan NANTI sebagai makna kehidupan di selama di dunia dan kehidupan kitan kelak di akhirat, semoga ada yang bisa memaknainya sebelum mengetahui kejelasannya adi catatan pendek ini.

*Frau Ika. Frau artinya Ibu, dalam bahasa German.

*Ada pertanyaan yang khusus di tujukan kepada penanya. “Kenapa Anda sampai kepada sebuah pemikiran sehingga menanyakan hal ini ya kepada kakak?” Jawab saja kapan pun. *penasaran saja.

*Spesial Note untuk penanya. (kau juga boleh membacanya sob) mungkin kini Anda sedang bingung dalam menentukan cita-cita, mohon… jalanilah dulu tahapan yang kini Anda hadapi saat ini dengan bijak dan penuh penerimaan terhadap keadaan yang akan diterima kelah. Masih ada sisa satu tahun lagi kan untuk menentukan pilihan masuk ke perguruan tinggi mana? Ya berusahalah, “Tanamlah Padi, maka kau akan dapatkan Rumput, tidak untuk sebaliknya” Jadi jangan hanya mengejar dunia osh? Kakak pernah menjadi sosok yang sangat berambisius dan ku sadari itu sungguh menyakitkan. Juga akan lama untuk bisa menerima bagaimana keadaan selanjutnya yang pernah kakak terima.

*diselesaikan pukul 07.45 malam, dengan sambil melaksanakan berbagai rutinitas wajib lainnya.
۞  This Is Our WãΫ  ۞
Karena ini semua adalah jalan yang harus kita tempuh bersama.

Untuk
Shinjiru, Aldaith, Albus dan semua orang yang selalu berada disekelilingku.
Kupersembahkan catatan ini untukmu dan untuk mengenang persahabatan indah di masa remaja yang kita lewati bersama di sekolah, disaat kau dulu begitu setia mendengarkan dengan tulus cerita-cerita fantasi dari sesuatu yang menggugah jiwa. Kuharap kenangan ini dapat memberikan makna untuk kehidupanmu dan atas kenangan yang akan selalu ada. Kini aku bisa dengan lantang mengatakan kepadamu bahwa aku sudah mempercayai satu hal. “Kini aku percaya kepada orang-orang disekelilingku yang selama ini memberikan segalanya kepadaku. Sebuah “PERSAHABATAN.”